www.itcrews.net, London - Pergelaran wayang kulit di British Museum, London, Inggris, pada Jumat, 4 November 2016, mengundang banyak penonton. Ruangan BP Lecture Theatre yang berkapasitas 323 kursi itu penuh sesak oleh para pecinta seni dan budaya Indonesia.

“Secara seksama mereka mengikuti alur cerita wayang kulit yang dibawakan secara baik sekali Matthew Issac Cohen, Direktur dari Pusat Teater dan Tarian Asia The Royal Holloway University of London, yang juga seorang dalang dengan berbagai pengalaman internasional,” kata Thomas Siregar, Minister Konselor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London bidang Diplomasi Publik, Media, dan Sosial Budaya, dalam rilis yang diterima Tempo, Ahad, 6 November 2016.

Gamelan pengiring pergelaran wayang itu dimainkan para seniman dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung dan musikus dari Pusat Teater dan Tarian Asia The Royal Holloway University of London.

Cerita wayang yang biasanya memakan waktu cukup lama dan memerlukan konsentrasi tinggi, dibawakan secara menarik dan menghibur oleh Dalang Matthew. Pertunjukan kian terasa istimewa karena sang dalang menggunakan bahasa Indonesia bercampur Inggris sambil sesekali menyisipkan bahasa Sunda dan Jawa, yang diekspresikan melalui beragam suara.

Pertunjukan selama lebih dari tiga jam itu terasa sangat menyenangkan. Apalagi tidak jarang Dalang Matthew menyisipkan berbagai pesan moral kehidupan dengan ekspresi jenaka.

Pertunjukan wayang kulit Indonesia di British Museum memberikan kesempatan kepada publik Inggris untuk menggali lebih dalam seni dan budaya Indonesia. Pada saat yang sama, The British Museum tengah menggelar pameran wayang kulit Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga bulan.

“KBRI London menyambut baik dan memberikan dukungan atas jalinan kerja sama institusi seni dan budaya antara Indonesia dengan Inggris karena dapat mendekatkan hubungan kedua bangsa yang memiliki latar belakang budaya sangat berbeda,” kata Thomas.

Ditambahkan, melalui seni-budaya, kedua bangsa dapat berkomunikasi dengan bahasa yang sama dan melestarikan kekayaan budayanya masing-masing.

NATALIA SANTI

Baca juga:
Komikus Gundala Putera Petir Tutup Usia
Polri Buka Gelar Perkara Kasus Ahok, Pengamat Hukum: Bahaya
Demo 4 November, Wimar Witoelar: FPI Bukan Tuhan
Putuskan Kekasih, Remaja Putri 16 Tahun Ini Dibunuh